Kisah Wanita Pelacur Intelektual yang Akhirnya Menemukan Cinta Sejati.
Di sebuah kota ada seorang anak perempuan yang lahir dari keluarga
yang baik-baik dan cukup berada, namanya Rita. Wajahnya termasuk cantik,
molek, dan manis bersinar mirip artis Asia Timur, berkulit putih bersih
halus mulus, bermata bagus dan tidak sipit, seorang anak keturunan
Cina.
Ayahnya adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta dan menjadi direktur medis rumah sakit itu, dihormati dan disegani orang, sedangkan ibunya walau tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga saja tapi pintar mengatur keuangan dengan baik sehingga tidak pernah merasa kekurangan. Di rumahnya ada 2 orang pembantu rumah tangga dan seorang supir pribadi.
Ayahnya adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta dan menjadi direktur medis rumah sakit itu, dihormati dan disegani orang, sedangkan ibunya walau tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga saja tapi pintar mengatur keuangan dengan baik sehingga tidak pernah merasa kekurangan. Di rumahnya ada 2 orang pembantu rumah tangga dan seorang supir pribadi.
Tapi sayang Rita juga punya kelemahan, sejak kecil divonis memiliki
kelainan tingkah laku oleh seorang psikolog karena sejak lahir suka
terjaga pada malam hari dan sering tidur pada siang hari. Sampai umur 3
tahun belum bisa makan nasi, masih makan bubur dan sampai umur 6 tahun
belum bisa berpakaian dan mandi sendiri, sampai orang tuanya membawanya
ke suatu yayasan terapi barulah ada perkembangan.
“Ayo, belajar makan dengan dikunyah sampai lembut, jangan langsung
ditelan, pegang sendok garpu sendiri,” kata terapis. Ketika berganti
baju sang terapis juga berkata, “Ayo, belajar kancingkan baju sendiri.”
Ketika mau buang air besar atau kecil sang terapis juga berkata, “Ayo
duduk di kloset, jangan di pispot.”
Tapi orang tuanya juga termasuk salah mendidiknya, yaitu terlalu
melindungi karena dianggap mempunyai kelemahan. Rita tidak boleh ikut
kegiatan di luar sekolah dengan alasan mudah capai, jatuh sakit, dan
sebagainya. Belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah saja harus ditunggui
ibunya.
Di rumah Rita juga terbiasa dilayani oleh pembantu sehingga tidak
bisa mandiri. Sedangkan di sekolah, orang tuanya sering berkata kepada
guru kelasnya agar mendapat perhatian khusus yang tidak sama dengan
anak-anak lainnya. Waktu masih SD Rita termasuk anak berprestasi, dapat
nilai EBTANAS tertinggi dan masuk 10 besar. Sang kepala sekolah pun
turut bangga dan berkata, “Nanti di SMP jadi juara kelas, ya.”
Tapi ketika Rita masuk SMP semuanya berubah drastis. Karena kurang
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru dan tidak
mandiri dalam belajar maupun bergaul, Rita pernah tidak naik kelas waktu
kelas satu SMP. Wali kelasnya berkata kepada ibu Rita saat mengambil
rapor, “Maaf, bu. Saya tidak bermaksud memvonis, tapi kalau nilainya
banyak angka merahnya tidak naik kelas.” Bahkan beberapa guru mengatakan
Rita anak bodoh. Akhirnya Rita mengikuti les pelajaran seperti
matematika, fisika, bahasa Inggris agar prestasi Rita membaik.
Selain itu ayahnya juga membantu Rita belajar dan mengerjakan tugas
dari guru atau pekerjaan rumah, karena ibunya sudah tidak lagi mengerti
pelajaran SMP.
Waktu SMP akhirnya nilai-nilai pelajaran Rita lumayan walau Rita
sering menyontek saat ulangan berlangsung dan hal ini ditiru oleh
beberapa temannya. Kebiasaan suka mencari perhatian di kelas seperti
minum teh kotak di kelas, memecahkan kantong plastik sehingga membuat
gaduh kelas, dan lain-lain membuat beberapa guru mengatakan Rita gila
bahkan hampir saja dikeluarkan oleh kepala sekolah karena dianggap
sebagai pengacau sekolah.
Sang kepala sekolah berkata, “Ini peringatan terakhir dari saya,
kalau sekali lagi berbuat onar saya keluarkan dari sekolah.” Sebetulnya
penyebabnya adalah masalah sepele, Rita senang dengan perhatian yang
diberikan guru bahasa Inggrisnya sehingga seolah-seolah jatuh cinta
dengan gurunya sendiri yang sudah beristri dan beranak itu, padahal
sebenarnya Rita ingin melindungi dirinya dari godaan teman-teman prianya
yang nakal dan suka usil cari perhatian darinya. Rita pernah
dicolek-colek oleh beberapa teman prianya yang terkenal nakal dan usil,
buku catatan dan buku pelajarannya dicuri oleh salah seorang dari mereka
sehingga Rita tidak bisa belajar dengan baik dan akhirnya tidak naik
kelas.
Rita sudah melaporkan perbuatan teman-temannya kepada guru-guru yang
mengajar di kelasnya, wali kelasnya, guru BP, bahkan sampai kepala
sekolah bersama teman-temannya yang baik dan membantu, tapi kurang
tanggapan yang berarti. Soal Rita pernah dicolek-colek kurang ditanggapi
dengan serius oleh guru BP sehingga Rita akhirnya menjadi anak yang
minder dan canggung kalau bergaul dengan teman-teman pria apalagi kalau
mereka nakal dan usil. Padahal waktu kelas 2 SMP Rita pernah mendapat
predikat Raja dan Ratu sekelas berpasangan dengan seorang teman pria
karena dianggap paling cantik dan tampan. Ketua kelas mengumumkan,
“Sebagai Raja dan Ratu sekelas, suara terbanyak dimenangkan oleh Yanto
dan Rita.” Seluruh kelas bertepuk tangan.
Waktu masuk SMA Rita mulai merasakan bahwa dia tidak suka dengan
pelajaran ilmu pasti, tetapi lebih senang pelajaran bahasa. Rita protes
kepada orang tuanya, “Mama, papa, saya tidak mau masuk jurusan IPA,
ingin masuk jurusan Bahasa saja.” Tapi di sekolahnya tidak ada jurusan
bahasa (A4), hanya IPA (A1 dan A2) dan IPS (A3).
Rita memilih jurusan IPS (A3). Walau hasil psikotes Rita termasuk
superior, Rita tidak pernah berprestasi sewaktu SMA bahkan seolah-olah
tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah lagi karena sering bentrok dengan
guru-guru dan teman-teman yang seolah-olah tidak menyukainya. Rita
melakukan aksi protes dengan melampar botol minuman sehingga membuat
gaduh 2 kelas dan akhirnya Rita tidak boleh masuk sekolah selama
beberapa hari oleh kepala sekolah dan tiap hari Rita dikunjungi oleh
guru BP di rumah. “Rita, kamu istirahat dulu saja di rumah sampai saya
perbolehkan kamu masuk sekolah lagi. Besok orang tuamu harus ke sekolah
bertemu dengan saya.”
Setelah kepala sekolah melakukan rapat dengan guru-guru akhirnya Rita
boleh sekolah lagi, tapi teman-temannya sudah tidak menganggap Rita
sebagai manusia lagi selain monster yang ditakuti. Teman-teman Rita
sudah tidak mau bergaul maupun menyapa Rita lagi. Akhirnya Rita pindah
sekolah ke luar kota, di sana Rita bisa berprestasi tapi juga sering
dikritik sebagai siswi malas tidak mau ikut kegiatan gotong-royong di
sekolah. Beberapa teman lain berkata, “Dasar anak manja, anak orang kaya
biasa dilayani pembantu tidak mau kerja sendiri.”
Ketika kuliah Rita mengambil jurusan Sastra Inggris di sebuah
universitas swasta ternama. Di sana Rita merasa mudah mengikutinya dan
banyak teman yang mau belajar dengannya, prestasi Rita juga lumayan
bagus meskipun bukan lulusan yang terbaik. Teman-teman kuliahnya
berkata, “Boleh saya belajar di rumahmu? Untuk tugas kelompok ini kamu
saja ya yang jadi ketuanya.” “Boleh, silakan.” Tapi ketika mengikuti KKN
(Kuliah Kerja Nyata), Rita sering dikritik sebagai mahasiswi pemalas,
kurang suka gotong-royong dan berbicara kasar kepada teman-teman prianya
yang dianggap sering menggoda dia. Teman-teman lainnya berkata, “Rita,
jangan suka bicara kasar dong, tahu malu sedikit gitu!” Rita terlalu
tegas dan keras terhadap teman-teman prianya yang sebenarnya menaruh
hati kepadanya, akhirnya Rita sulit punya pacar karena mereka tidak suka
dengan sikap Rita yang keras dan kasar. Selain itu Rita juga menuntut
pria yang sempurna, yaitu tampan, kaya, pintar yang ternyata sangat
sulit dicari. Rita beranggapan bahwa menjadi seorang sarjana adalah yang
paling penting.
Saat Rita lulus kuliah, Indonesia sedang dilanda krisis moneter yang
berat dan waktu itu awal dimulai masa reformasi setelah era Orde Baru
berakhir. Rita berusaha ke sana ke mari untuk mencari pekerjaan berbekal
ijazah S-1, tapi sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok
baginya. “Maaf, anda kurang cocok untuk bekerja sebagai guru, silakan
mencari pekerjaan lain,” kata pemilik kursus bahasa Inggris. Setelah era
reformasi berakhir biasanya orang mencari kerja melalui koneksi,
pengalaman atau sejenisnya. Tapi Rita sama sekali belum punya pengalaman
karena selama kuliah hanya belajar dan belajar saja, jarang bergaul dan
tidak pernah bekerja di kantor dan sebagainya. Selain itu Rita juga
tidak fasih bicara karena tidak pernah tampil di depan umum alias demam
panggung.
Akhirnya ada orang yang menawari Rita sebagai guru bahasa Inggris SMA
di luar kota, tapi ibu Rita menolak. “Jangan, Rita. Kamu tidak bisa
mandiri, nanti akan mengalami kesulitan.” Rita pun melanjutkan
pendidikan S-2 Pendidikan Bahasa Inggris dengan harapan bisa mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik. Tapi setelah tamat S-2 pekerjaan yang
menanti umumnya marketing yang kurang sesuai dengan bakat minat Rita.
Rita bosan dengan pekerjaan tersebut dan mencoba melamar pekerjaan yang
sesuai dengan bakat minatnya. Akhirnya Rita mendapatkan pekerjaan
sebagai penerjemah dan pembimbing skripsi/thesis mahasiswa freelance
pada seorang pemilik rental komputer serta pembuat TTS, angket, dan
komik freelance pada seorang pemilik sanggar seni budaya.
Namun honor yang diperolehnya tidak seberapa dan pekerjaan tersebut
tidak rutin datang tiap hari sehingga tidak bisa untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan kalau bekerja di kantor orang
tuanya mengharapkan perusahaan yang tidak jauh dari rumahnya, ada antar
jemput karena Rita tidak bisa menyetir kendaraan sendiri. Karena itu
Rita sulit mendapatkan pekerjaan tetap di kantor.
Setelah umur 65 tahun ayah Rita pensiun dan ibu Rita mulai
sakit-sakitan sehingga memerlukan biaya pengobatan yang besar, sedangkan
gaji pensiun ayah Rita tidak seberapa besar. Adik Rita pun menikah
mendahului Rita dan setelah menikah tinggal di rumah baru bersama
istrinya. Rita merasa kesepian dan kekurangan, akhirnya Rita lari ke
dunia internet tiap hari dan bermain Facebook dan berkenalan dengan
sembarang orang tanpa dilihat baik buruknya dulu. “Bagaimana, bisa
ketemu sekarang di rumahmu?” “OK, saya tunggu sekarang.” Teman-teman
Rita yang dikenal melalui internet semula ingin mencoba berkenalan
dengan Rita, tapi setelah bertemu di dunia nyata kebanyakan mereka tidak
ingin melanjutkan hubungan lagi atau tidak serius tapi hanya mengajak
Rita ke hotel dan menidurinya. Sejak saat itu Rita mulai mengenal dunia
pelacuran. Di salah satu iklan internet Rita memasang iklan: GADIS
CANTIK MANIS, KULIT PUTIH, CARI TEMAN KENCAN BUTUH UANG, HUBUNGI: RITA.
Banyak yang telepon dan SMS ingin mencoba main seks dengan Rita.
“Kalau main biayanya berapa? Berapa jam?” “500 ribu, 2-3 jam, mainnya di
hotel.” “Boleh lihat akun Facebookmu atau MMS fotomu?” “Silakan”. Salah
satu calon pelanggannya setelah melihat Facebook Rita akhirnya berkata,
“Bagaimana kalau 300 ribu saja?” “Anda memang cantik, tapi sudah umur
37 tahun.” “OK”. “Mainnya kapan?” “Bagaimana kalau besok saja, ketemu di
depan supermarket jam 6 sore, lalu ke hotel?” “Baiklah”.
Rita melayani para pelanggannya dengan senang hati demi mendapatkan uang tambahan. Sekali main Rita dibayar 300 ribu, kadangkala 200 ribu atau 250 ribu. Tapi kadang-kadang jika ada pelanggannya yang royal, Rita bisa mendapatkan 500 ribu sekali main. Dalam seminggu Rita biasanya mendapatkan 4-6 pelanggan. Rita tentu juga menyesuaikan jadwal mainnya dengan tugas-tugas pekerjaan lain secara diam-diam dan tanpa sepengetahuan orang tuanya maupun kenalan-kenalan lainnya.
Tapi kadangkala ada calon pelanggan yang merasa iba sebelum bermain dengan Rita. “Kenapa kamu lakukan itu? Kalau saya lihat profilmu di Facebook sebetulnya kamu tidak cocok bekerja seperti itu. Pendidikan kamu khan sarjana, kenapa kamu bisa seperti itu.” “Saya susah cari kerja tetap dan sekarang ini kerja freelance dengan honor yang tidak seberapa dan tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.” Akhirnya calon pelanggannya berkata, “Baiklah, apa kamu bisa pijat? Kalau bisa, kamu pijati aku saja, setelah itu temani aku di karaoke atau café.” “OK”. Rita ternyata pintar melakukan pijat refleksi dan bisa juga menyanyi di karaoke atau café dengan suara yang cukup merdu, dan pelanggannya membayarnya 500 ribu.
Rita berprofesi sebagai pelacur atau tukang pijat refleksi atau gadis panggilan sampai setahun lamanya dan hasilnya lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semuanya direncanakan dengan rapi dan jitu. Tapi suatu saat salah seorang calon pelanggannya berkata, “Saya dulu pernah main seks dengan seorang wanita di hotel tapi sekarang wanita itu sudah bertobat dan sekarang buka toko, tidak mau melacur lagi. Bisakah kamu bertemu dengan saya sekarang ini?” “Baiklah”. Setelah bertemu calon pelanggannya itu berkata, “Kalau dilihat dari profilmu di Facebook dan dari penampilan anda, sepertinya anda ini orang baik-baik, cerdas, dan dari keluarga baik-baik. Tapi kenapa kamu mau melakukan pekerjaan seperti itu?” “Karena hasil saya bekerja freelance tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.” “Orang tuamu masih hidup? Kamu punya saudara atau tidak?” “Orang tuaku masih hidup, tapi ayahku sudah 5 tahun pensiun dan ibuku mulai sakit-sakitan dan butuh biaya banyak.” “Kamu khan sarjana, kenapa tidak bekerja tetap saja di kantor?” “Karena saya tidak bisa setir kendaraan sendiri dan orang tua tidak memperbolehkan saya bekerja terlalu jauh dari rumah?”
“OK, kalau begitu kamu cukup pijati saya dan saya ajak kamu makan-makan, mau? Saya sendiri sekarang juga telah bertobat dan saya sekarang aktif di gereja dan tidak mau bermain dengan pelacur lagi. Saya sudah menikah dan bahagia dengan istri dan anak-anak.” “OK”. Setelah Rita melayani pijat refleksi dan diajak makan oleh pelanggannya, pelanggannya itu memberikan Rita uang sejuta lalu berkata, “Di mana rumahmu. Tolong jujur saja berikan kepadamu alamatmu yang lengkap dan nomor telepon rumahmu. Saya sebetulnya mau berkenalan dengan kamu lebih dalam, saya tidak tega membiarkan kamu merelakan diri jadi pelacur kalau melihat sikap dan penampilan anda itu.” “Ya, kenapa?”
“Saya punya teman yang belum menikah umur 40 tahun dan kerjanya sudah mapan sekali, punya beberapa usaha seperti restoran, butik baju, dan kursus. Orangnya ganteng dan pintar, lulusan S-2 seperti anda juga, dia juga dari keluarga baik-baik. Tapi saya sudah telepon orangnya dan saya ceritakan apa adanya tentang diri anda dan dia bilang tidak masalah, mau terima anda apa adanya. Kamu mau?” “Ya, saya senang sekali karena dari dulu saya harapkan orang seperti demikian.” “Besok bisa saya dengan orang itu ke rumahmu?” “Baiklah”.
Setelah perkenalan di rumah Rita ternyata orang tua Rita sangat setuju dan lalu menanyakan kepada calon suami Rita, “Robby, kapan kamu mau tunangan dan menikah?” Jawab Robby, “Ya, secepatnya saja. Bagaimana kalau tunangan 3 bulan lagi dan menikah 6 bulan sesudahnya agar bisa merencanakan semuanya dengan siap dan teratur?” “Baiklah”. Rita akhirnya menikah dan pesta dengan meriah dengan 1.000 orang undangan yang hadir di situ. Setelah menikah suami Rita sudah punya rumah baru yang besar dan bagus dan siap ditempati. Orang tua Rita berkata, “Robby, jaga Rita baik-baik, ya”. Akhirnya Rita hidup berbahagia bersama suaminya dan bertobat, aktif di gereja bersama suaminya juga dan orang tua Rita pun juga diubahkan kehidupannya, bisa ikut membantu usaha menantunya, ibu Rita jadi sehat kembali dan mereka juga sama-sama aktif di gereja
Rita melayani para pelanggannya dengan senang hati demi mendapatkan uang tambahan. Sekali main Rita dibayar 300 ribu, kadangkala 200 ribu atau 250 ribu. Tapi kadang-kadang jika ada pelanggannya yang royal, Rita bisa mendapatkan 500 ribu sekali main. Dalam seminggu Rita biasanya mendapatkan 4-6 pelanggan. Rita tentu juga menyesuaikan jadwal mainnya dengan tugas-tugas pekerjaan lain secara diam-diam dan tanpa sepengetahuan orang tuanya maupun kenalan-kenalan lainnya.
Tapi kadangkala ada calon pelanggan yang merasa iba sebelum bermain dengan Rita. “Kenapa kamu lakukan itu? Kalau saya lihat profilmu di Facebook sebetulnya kamu tidak cocok bekerja seperti itu. Pendidikan kamu khan sarjana, kenapa kamu bisa seperti itu.” “Saya susah cari kerja tetap dan sekarang ini kerja freelance dengan honor yang tidak seberapa dan tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.” Akhirnya calon pelanggannya berkata, “Baiklah, apa kamu bisa pijat? Kalau bisa, kamu pijati aku saja, setelah itu temani aku di karaoke atau café.” “OK”. Rita ternyata pintar melakukan pijat refleksi dan bisa juga menyanyi di karaoke atau café dengan suara yang cukup merdu, dan pelanggannya membayarnya 500 ribu.
Rita berprofesi sebagai pelacur atau tukang pijat refleksi atau gadis panggilan sampai setahun lamanya dan hasilnya lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semuanya direncanakan dengan rapi dan jitu. Tapi suatu saat salah seorang calon pelanggannya berkata, “Saya dulu pernah main seks dengan seorang wanita di hotel tapi sekarang wanita itu sudah bertobat dan sekarang buka toko, tidak mau melacur lagi. Bisakah kamu bertemu dengan saya sekarang ini?” “Baiklah”. Setelah bertemu calon pelanggannya itu berkata, “Kalau dilihat dari profilmu di Facebook dan dari penampilan anda, sepertinya anda ini orang baik-baik, cerdas, dan dari keluarga baik-baik. Tapi kenapa kamu mau melakukan pekerjaan seperti itu?” “Karena hasil saya bekerja freelance tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.” “Orang tuamu masih hidup? Kamu punya saudara atau tidak?” “Orang tuaku masih hidup, tapi ayahku sudah 5 tahun pensiun dan ibuku mulai sakit-sakitan dan butuh biaya banyak.” “Kamu khan sarjana, kenapa tidak bekerja tetap saja di kantor?” “Karena saya tidak bisa setir kendaraan sendiri dan orang tua tidak memperbolehkan saya bekerja terlalu jauh dari rumah?”
“OK, kalau begitu kamu cukup pijati saya dan saya ajak kamu makan-makan, mau? Saya sendiri sekarang juga telah bertobat dan saya sekarang aktif di gereja dan tidak mau bermain dengan pelacur lagi. Saya sudah menikah dan bahagia dengan istri dan anak-anak.” “OK”. Setelah Rita melayani pijat refleksi dan diajak makan oleh pelanggannya, pelanggannya itu memberikan Rita uang sejuta lalu berkata, “Di mana rumahmu. Tolong jujur saja berikan kepadamu alamatmu yang lengkap dan nomor telepon rumahmu. Saya sebetulnya mau berkenalan dengan kamu lebih dalam, saya tidak tega membiarkan kamu merelakan diri jadi pelacur kalau melihat sikap dan penampilan anda itu.” “Ya, kenapa?”
“Saya punya teman yang belum menikah umur 40 tahun dan kerjanya sudah mapan sekali, punya beberapa usaha seperti restoran, butik baju, dan kursus. Orangnya ganteng dan pintar, lulusan S-2 seperti anda juga, dia juga dari keluarga baik-baik. Tapi saya sudah telepon orangnya dan saya ceritakan apa adanya tentang diri anda dan dia bilang tidak masalah, mau terima anda apa adanya. Kamu mau?” “Ya, saya senang sekali karena dari dulu saya harapkan orang seperti demikian.” “Besok bisa saya dengan orang itu ke rumahmu?” “Baiklah”.
Setelah perkenalan di rumah Rita ternyata orang tua Rita sangat setuju dan lalu menanyakan kepada calon suami Rita, “Robby, kapan kamu mau tunangan dan menikah?” Jawab Robby, “Ya, secepatnya saja. Bagaimana kalau tunangan 3 bulan lagi dan menikah 6 bulan sesudahnya agar bisa merencanakan semuanya dengan siap dan teratur?” “Baiklah”. Rita akhirnya menikah dan pesta dengan meriah dengan 1.000 orang undangan yang hadir di situ. Setelah menikah suami Rita sudah punya rumah baru yang besar dan bagus dan siap ditempati. Orang tua Rita berkata, “Robby, jaga Rita baik-baik, ya”. Akhirnya Rita hidup berbahagia bersama suaminya dan bertobat, aktif di gereja bersama suaminya juga dan orang tua Rita pun juga diubahkan kehidupannya, bisa ikut membantu usaha menantunya, ibu Rita jadi sehat kembali dan mereka juga sama-sama aktif di gereja
Sumber: http://orb.web.id/kisah-wanita-pelacur-intelektual-yang-akhirnya-menemukan-cinta-sejati.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar